Konflik politik yang bergejolak
di Timur Tengah dan Libya,Africa Utara (setelah Mesir dan Tunisia)sebagai
akibat terlalu lamanya seorang rakyat ditindas oleh pemimpin mereka yang
dictator. Mereka menentang kediktatoran serta menginginkan adanya demokrasi, Libya
yang berikota di Tripoli memiliki potensi kekayaan alam hasil pertanian dan
pertambangan seperti buah buahan semangka dan jeruk,kentang,kurma,zaitun,gas
alam,minyak bumi dan besi.
Libya dengan bentuk pemerintahan
Islam sosialis arab di pimpin oleh presiden dan Muammar Khadafi adalah presiden
yang paling lama berkuasa selama 42 tahun sungguh bukan waktu yang singkat
dengan praktek pemerintahannya yang dictator. Pada akhirnya rakyat Libya merasa
bosan dan anti dengan pimpinannya yang telah bertindak sewenang wenangnya
melakukan praktek korupsi,kekerasan terhadap rakyatnya dan hal hal negatip
lainnya.
Bisa dimengerti penderitaan
rakyat yang telah ditindas selama bertahun tahun, sehingga timbul pembrontakan
yang menginginkan adanya perubahan system pemerintahan yang lebih baik butuh
keamanan, pemulihan hak hak politik, hak hak asazi kemanusian secara universal
yang telah terbelenggu selama 42 tahun. Pemimpin negara yang kaya minyak ini
hanya mengeruk kekayaan negeri untuk kepentingan pribadi dan ambisinya saja,
tanpa peduli dengan nasib bangsa dan negaranya.
Tuntutan dari rakyat yang telah membrontak
agar pemimpin mereka mengundurkan diri tidak digubris sedikitpun bahkan Khadafi
menyatakan perang terhadap rakyatnya hal ini dibuktikan dengan ancaman anaknya
Saif Al Islam yang telah habis habisan melawan para demonstran dengan melakukan
pembantaian yang menyebabkan ratuasan orang tewas dengan cara bombardir
diberbagai kota menggunakan jet tempur,helicopter dan tank.
Akibat dari kekerasan yang telah
dilakukan ini menyebabkan anak buah Khadafi yaitu sejumlah pejabat dan diplomat
Libya mengundurkan diri dari jabatannya
,mereka dan masyarakat international mengecam keras tindakan Khadafi tersebut yang bisa di kategorykan
sebagai kejahatan perang/kemanusiaan.
Pada tanggal 13 april 2011
Inggris mendesak anggota NATO (Nort Atlatic Treaty Organization)lainnya untuk
lebih agresif meningkatkan serangan darat di Libya, pada saat pertemuan kontrak group international di Doha
Qatar dengan tujuan untuk mengatasi dan menyelesaikan krisis yang berlarut
larut di Libya. Agresi militer asing yang didukung oleh Inggris Dan Perancis
tetap tidak membuat Khadafi goyah dari pendiriannya untuk tetap bertahan, meski
NATO telah hampir dua bulan melakukan serangan udara di Libya.
Juru bicara pemerintahan Libya
Moussa Ibrahim mengecam cara berpikir imperialis barat, dia menuduh kekuatan
asing mencoba melakukan perubahan politik di Libya. Hal yang tidak beralasan
karena setiap negara yang pemimpinnya seorang dictator pasti akan terjadi
revolusi oleh rakyat yang menghendaki perubahan system pemerintahan yang lebih
baik.Kalau kita amati pemimpin yang demokrasipun banyak yang melakukan praktek
korupsi,kolusi dan nepotisme (KKN) ibaratnya seperti serigala berbulu domba,jadi
bukan suatu jaminan yang utama adalah mental dan karakter pemimpin itu sendiri
yang harus baik.
Tepat pada tanggal 01 may 2011 di
Tripoli telah terjadi serangan di rumah anak bungsu Khadafi yang menewaskan anak bungsunya Saif
Al Arab Ghadafi,29 tahun dan ketiga orang cucu Khadafi serta sejumlah saudara
dan rekannya yang sedang berada dirumah tersebut.Serangan dilakukan setelah
Khadafi menghendaki agar diadakannya perundingan dengan NATO untuk menghentikan
serangan serangannya di Libya. Juru bicara pemerintahan Libya Moussa Ibrahim mengatakan
bahwa tujuan dari operasi serangan tersebut dengan target untuk membunuh
presiden Khadafi yang masih saja bertahan tidak mau mundur dari
jabatannya/tahta kepemimpinnya.
0 komentar:
Post a Comment